SEMUA BUTUH PERJUANGAN
SEMUA BUTUH PERJUANGAN
Jer Basuki Mawa Beya!
Segala keberhasilan membutuhkan “biaya”!
Sebuah pepatah jawa yang ingin menyampaikan bahwa setiap keberhasilan memerlukan “biaya”: perjuangan dan usaha.
Seorang atlet untuk menjadi juara olimpiade memerlukan usaha.
Seorang pendaki untuk menaklukan puncak gunung pun memerlukan perjuangan.
Segala sesuatunya membutuhkan usaha dan perjuangan. Tak terkecuali kita yang sebentar lagi akan menghadapi “pesta pelajar” yakni Ujian Nasional. Untuk menggapai keberhasilan-kelulusan- kita harus menebusnya dengan perjuangan, dengan menyingsingkan lengan baju, menguras tenaga serta meneteskan peluh dan keringat kita.
Non Scholae Sed Vitae Discimus
Detik-detik ujian nasional telah tiba. Tidak ada pihan lain bagi kita selain menang!
Mampu lulus dengan meraih nilai yang baik. Kelulusan jelas menjadi dambaan setiap pelajar
Namun, menjadi tak mulia, apabila kelulusan menjadi tujuan utama sementara segala proses di dalamnya dilupakan. Perlu kita sadari bahwa orientasi pelaksanaan ujian nasional salah satunya adalah sebagai tolok ukur kualitas pembelajaran kita, yang di dalamnya tidak hanya berhenti pada nilai-nilai numerik. Jauh dibalik nilai-nilai itu sesungguhnya ada nilai-nilai lain yang lebih mulia, yang juga patut diperjuangkan. Kita menyebutnya sebagai nilai-nilai kehidupan.
Di balik hasil ujian nasional itu ada keringat, dan tetes air mata sebagai tebusan kelulusan. Inilah yang sudah selayaknya kita perjuangkan sebagai generasi penerus bangsa. Mengusahakan keberhasilan melalui perjuangan.
Kita perlu merefleksikan kembali pepatah berikut: non scholae sed vitae discimus. Kita belajar bukan hanya mengejar nilai-nilai akademis, melainkan kita belajar untuk hidup. Dari ujian nasional kita sesungguhnya bisa belajar nilai-nilai kehidupan, di antaranya kerja keras dan tanggung jawab. Inilah substansi yang tidak kalah penting dibandingkan nilai-nilai akademis yang kita perjuangkan dalam UN.
No | Propinsi | Jumlah | ||
Peserta | Tidak Lulus | % | ||
1 | Nanggroe Aceh Darussalam | 35,036 | 1,417 | 4.04 |
2 | DKI | 24.455 | 577 | 2,36 |
3 | Jawa Timur | 84.477 | 2.283 | 2,7 |
4 | | 11.074 | 1 | 0,01 |
5 | Papua | 5.178 | 430 | 8,3 |
Sumber: Laporan Hasil dan Statistik Nilai Ujian Nasional Tahun Pelajaran 208/2009 PUSPENDIK – BSNP
Dari laporan hasil ujian nasional beberapa daerah di
Namun hal ini menjadi tidak luhur lagi, apabila sesungguhnya hasil yang ada ini lahir bukan dari usaha, tetes keringat dan perjuangan para pelajarnya melainkan dari ketidakjujuran; dari hasil contek-menyontek, meng-copy jawaban peserta lain, atau lebih ekstrem hasil kong-kalikong antara pihak sekolah dengan pihak-pihak terkait.
Apabila tujuan akhirnya hanyalah untuk nilai, sementara serangkaian proses di dalamnya “pura-pura” dilupakan, jelas hasilnya pun tidak menjadi ideal sebagaimana yang dicita-citakan para pembangun bangsa.
Apabila mulai dari hal kecil saja sudah tidak jujur apalagi dengan hal besar? Apabila sejak kecil sudah tidak jujur, bagaimana saat kita dewasa nanti? Meneruskan yang dilakukan koruptor? Atau plagiator?
Memandang Secara Bijak
Nilai memanglah penting. Kelulusan jelas merupakan target realistis yang wajib kita raih dan patut kita perjuangkan. Namun, bukan dari KETIDAKJUJURAN, melainkan yang lahir dari hasil usaha, kerja keras, komitmen dan tanggungjawab yang kita songsong dalam nuansa kejujuran. Inilah yang juga patut kita perjuangkan.
Kelulusan jelas tujuan kita bersama. Namun, kejujuran adalah harga mati seorang pelajar yang bijak!